Sabar Dengan Ujian, Pahala Menanti
Keadaan manusia seperti roda berputar, kadang senang kadang sedih. Ada kala bahagia, ada kala sengsara. Hari ini sehat, besok sakit, minggu kemarin musibah datang, minggu ini keceriaan yang ada. Bulan kemarin rezeki banyak, bulan ini rezeki berkurang. Itulah kehidupan yang dirasakan manusia.
Seorang mukmin, mengetahui bahwasanya kehidupan dunia hanya sementara, kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Oleh karena itu seorang mukmin tentunya harus mengetahui, hidup di dunia penuh berbagai ujian guna untuk mengetahui siapakah manusia yang paling baik amalannya diantara kita.
Hal tersebut telah Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an yang artinya “Maha suci Allah yang menguasai (segala kerajaan) dan Dia kuasa atas segala sesuatu yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun.” (Al Mulk : 1-2)
Dengan kita mengetahui arti ujian kehidupan di dunia, maka jiwa akan lapang, badan akan bersemangat. Pikiran pun cemerlang dan bertindak dengan tenang dan pasti, disertai memohon pertolongan kepada Allah.
Sehingga ketika datang berbagai macam musibah berupa ketakutan, adanya kesenggangan dalam keluarga, kurangnya rezeki maka dihadapi dengan sabar, lapang dada dan terus mencari jalan keluar disertai mengharap pahala dengan kesabaran tersebut dan balasan-balasan lainnya, tanpa adanya putus asa, keluh kesah atau menuduh Allah dengan tuduhan-tuduhan yang buruk.
Para pembaca yang semoga Allah berkahi, dalam agama Islam telah dijelaskan tentang musibah yang menimpa manusia, solusinya dan balasan/buahnya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah, yang artinya :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)
Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah : 155-157)
Berkata syaikh as-Sa’di, Allah mengabarkan bahwasanya hamba-hamba-Nya pasti diuji. Agar jelas antara orang yang jujur dengan orang yang dusta. Dan orang yang sabar dengan orang yang putus asa.
Dan ini sudah menjadi ketetapan yang Allah tetapkan kepada hamba-hamba-Nya, dikarenakan kebahagiaan kalau terus dirasakan oleh orang yang beriman dan tidak adanya ujian maka akan terjadi ketidakteraturan, yang itu merupakan kerusakan. Dan hikmah Allah yang terwujud adalah terbedakannya orang-orang yang baik dengan orang-orang yang buruk. Dan inilah faedah ujian. Bukan untuk menghilangkan sesuatu yang ada pada orang-orang yang beriman berupa keimanan dan bukan pula Allah ingin memalingkan mereka dari agama mereka. Maka Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan orang-orang yang beriman.
Kandungan/tafsir surat al-Baqarah ayat 155-157
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
Maksudnya Allah akan menguji kalian.
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ
Maksudnya dengan sedikit rasa takut, bukan takut yang sepenuhnya (berkepanjangan-pen). Dan takut adalah hilangnya rasa aman dan perkara ini lebih besar dari pada rasa lapar. Oleh karena itu Allah sebutkan pada ayat ini terlebih dahulu.
وَالْجُوعِ
Maksudnya kami uji dengan kelaparan.
Dan maknanya ada 2 :
1. Allah menciptakan wabah kepada hamba berupa wabah kelaparan. Dimana seseorang walaupun sudah makan tidak merasakan kenyang dikarenakan dia tertimpa penyakit, kalaupun dia sudah makan sebanyak-banyaknya, dia tetap masih merasa lapar.
1. Allah menciptakan wabah kepada hamba berupa wabah kelaparan. Dimana seseorang walaupun sudah makan tidak merasakan kenyang dikarenakan dia tertimpa penyakit, kalaupun dia sudah makan sebanyak-banyaknya, dia tetap masih merasa lapar.
2. Masa paceklik dan tidak tumbuh tanaman.
وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ
Yaitu kurangnya harta. Disebabkan pembinasaan dari langit, tenggelam, kehilangan, diambil oleh penguasa dzolim, perampok dan selainnya.
وَالْأَنْفُسِ
Yaitu hilangnya atau meninggalnya yang dicintai berupa anak-anak, kerabat, teman-teman dan berbagai macam penyakit yang menimpa badan hamba atau orang yang dicintai.
وَالثَّمَرَاتِ
Maksudnya tidak ada hasil dari kebun-kebun, berupa biji-bijian, buah-buahan, kurma, sayur-sayuran dan pohon-pohon seluruhnya karena terbakar atau rusak karena belalang dan sejenisnya. (diringkas dari Tafsir as Sa’di, Tafsir Ibnu Katsir danSyarh Riyadus Shalihin).
Berkata asy-syaikh as Sa’di
Perkara-perkara tersebut pasti terjadi (yang disebutkan dalam ayat – pen) dikarenakan Dzat yang Maha Tahu mengabarkan hal tersebut. Maka terjadinya (musibah) tersebut sebagaimana yang Allah khabarkan.
Perkara-perkara tersebut pasti terjadi (yang disebutkan dalam ayat – pen) dikarenakan Dzat yang Maha Tahu mengabarkan hal tersebut. Maka terjadinya (musibah) tersebut sebagaimana yang Allah khabarkan.
Dalam hal ini manusia terbagi menjadi 2 macam :
- Orang yang putus asa
- Orang yang sabar
Orang yang berputus asa akan memperoleh 2 musibah, yaitu hilangnya (sesuatu yang dia cintai) berupa musibah yang menimpanya dan hilangnya sesuatu yang paling besar, yaitu pahala, karena tidak melakukan perintah Allah berupa sabar. Sehingga dia memperoleh kerugian, kurangnya iman, hilangnya kesabaran, ridho dan syukur. Dan yang ada pada dirinya hanya kemarahan.
Adapun orang yang Allah beri taufiq untuk bersabar ketika ditimpa musibah maka dia menahan dirinya dari marah, baik secara ucapan dan perbuatan, dan dia mengharapkan pahala disisi Allah. Dan dia mengetahui akan mendapatkan pahala dengan kesabarannya.
Dan dia mengetahui pahala tersebut lebih besar daripada musibah yang dia rasakan. Bahkan musibah tersebut menjadi sesuatu kenikmatan baginya, karena dengan musibah yang dirasa akan menjadikan suatu jalan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi dirinya. Dikarenakan dia melaksanakan perintah Allah yaitu bersabar ketika ditimpa musibah dan dia memperoleh pahala.
Para pembaca yang semoga Allah berkahi, sehingga pada akhir ayat Allah berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Maksudnya sebagaimana dijelaskan oleh asy-syaikh as-Sa’di: “kabarkan kepada mereka karena mereka mendapatkan pahala tanpa terbatas” (Lihat tafsir as-Sa’di)
Berkata Ibnu KatsirMereka (orang-orang yang sabar-pen) menghibur diri mereka dengan ucapan mereka ini ketika ditimpa musibah. Dan mereka mengetahui bahwasanya mereka adalah milik Allah. Allah berkuasa pada hamba-Nya dengan apa yang Dia kehendaki.
Dan mereka (orang-orang yang sabar-pen) mengetahui bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan agamanya walaupun sebesar kulit ari pada hari kiamat. Maka Allah menjelaskan kepada mereka agar mereka mengetahui bahwasanya mereka adalah hamba-hamba Allah dan mereka akan kembali pada-Nya pada hari akhir.
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Maksudnya mereka mendapatkan pujian dan rahmat dari Rabb mereka, karena kesabaran mereka dan mereka mengetahui kebenaran. (diringkas dari tafsir Ibnu Katsir, dan tafsir as-Sa’di).
Para pembaca yang semoga Allah berkahi, demikianlah penjelasan surat al-Baqarah ayat 155-157. Semoga Allah membimbing kita dalam setiap keadaan dan memudahkan kita untuk beramal dengan ilmu. aamiin.
Referensi / Maraji’
1. Taisirul Karimirrahman Fittafsiiril Kalaamil Mannan, ditulis oleh asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di. Cetakan dar Ibnu Hazm, Beirut, Libanon.
2. Tafsir al-Qur’anul Adzim ditulis oleh Imaduddiin Abu Fidaa Ismail bin Katsir ad Dimasyqii. Cetakan Maktabah at taufiqiyah al-Qohiroh, Mesir,
3. Syarh Riyadhus Sholihin min Kalaamisaidil Mursalin, ditulis oleh Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi. Cetakan dar Ibnu Jauzi al Qohiroh, Mesir.
Referensi / Maraji’
1. Taisirul Karimirrahman Fittafsiiril Kalaamil Mannan, ditulis oleh asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di. Cetakan dar Ibnu Hazm, Beirut, Libanon.
2. Tafsir al-Qur’anul Adzim ditulis oleh Imaduddiin Abu Fidaa Ismail bin Katsir ad Dimasyqii. Cetakan Maktabah at taufiqiyah al-Qohiroh, Mesir,
3. Syarh Riyadhus Sholihin min Kalaamisaidil Mursalin, ditulis oleh Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi. Cetakan dar Ibnu Jauzi al Qohiroh, Mesir.
Penulis : Ustadzah Ummu Rufaidah
Sumber : daarulhaditssumbar.or.id