Bitacom |WA : 0857 1166 5051|

Selasa, 11 Agustus 2015

CIRI CIRI HATI SEHAT

Bagaimana keadaan hati yang sehat?


Hati yang sehat, itulah yang akan menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat kelak. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88)
“(Yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
 إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
(Asy Syu’araa’ 26. 88-89)



Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan selamat dari syubhat yang bertentangan dengan kabar dari Allah, selamat dari penghambaan pada selain Allah, selamat dari berhukum pada selain hukum Rasulullah. Hati yang sehat juga selamat dari cinta ibadah yang menduakan Allah, dari takut ibadah yang menduakan Allah, begitu pula dari rasa harap yang menduakan Allah. Intinya, segala ubudiyah (penghambaan) hanyalah ditujukan pada Allah, itulah hati yang selamat.
 Demikian kalimat yang mendefinisikan hati yang sehat sebagaimana diuraikan oleh Ibnul Qayyim.
Dua unsur penting ini dimiliki oleh orang yang memiliki hati yang sehat.
Dalam ibadah ditanyakan 2 hal, yaitu:
 (1) Mengapa dilakukan?
Pertanyaan pertama dimaksudkan apakah motivasi yang mendorong melakukan amalan tersebut, apakah dilakukan untuk meraup keuntungan dunia, suka akan pujian manusia, takut pada celaan mereka, ataukah ingin mendekatkan diri pada Allah.

(2) Bagaimana dilakukan?
Pertanyaan kedua dimaksudkan bagaimana amalan tersebut dilakukan, apakah sesuai yang disyari’atkan Rasulullah SAW ataukah tidak.
Intinya, pertanyaan pertama tentang ikhlas dalam amalan, sedangkan pertanyaan kedua tentang ittiba’/mengikuti ajaran Rasul n.
Amalan tidaklah diterima melainkan dengan memenuhi 2 syarat ini.
Sehingga hati yang selamat dan meraih kebahagiaan adalah hati yang ikhlas dan hati yang berusaha mengikuti setiap petunjuk Rasulullah SAW dalam amalan ibadah.
Sehingga Ibnul Qayyim pun mengatakan,
فهذا حقيقة سلامة القلب الذي ضمنت له النجاة والسعادة
“Inilah (hati yang ikhlas dan ittiba’) itulah hakikat hati yang salim, yang akan meraih keselamatan dan kebahagiaan.”
 (Ighotsatul Lahfan, 1: 43).

Referensi:

Ighotsatul Lahfan fii Mashoyidisy Syaithon, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1432 H.







Sabtu, 08 Agustus 2015

Mempelajari Riba Di Bank Syari'ah

Video PAKAR (Paket Anti Riba)


Siapa Bilang Bank Syariah BEBAS RIBA?
Betapa menjamurnya perbankan syariah di Indonesia
Betapa giatnya penawaran modal bagi hasil yang didengungkan
Betapa antusiasnya respon pengusaha dan nasabah menyongsong penawaran mudharabah
Namun, sejatinya Apakah Anda sudah mengetahui :
1. Sudah benarkah praktik perbankan syariah menurut syariat Islam?
2. Masih Adakah Riba di Bank Syariah?
3. Bagaimana pandangan para Praktisi Perbankan, praktisi Ekonomi Syariah, dan Ulama Fikih Menanggapi Permasalahan BESAR ini??
Temukan BUKTI dan JAWABAN Pertanyaan di atas dengan memiliki Program PAKAR (Paket Anti Riba) Perbankan Syariah yang berisi Paket Penuh Ilmu dan Manfaat sebagai berikut:
1. Majalah Pengusaha Muslim edisi 24 : Masih Adakah Riba di Bank Syariah ?
2. Majalah Pengusaha Muslim edisi 25 : Bersihkan Riba di Bank Syariah
3. Majalah Pengusaha Muslim edisi 26 : Hijrah dari Riba di Bank Syariah
4. Video Seminar Nasional : Masih Adakah Riba di Bank Syariah ? menghadirkan pembicara Praktisi Perbankan, Pakar Ekonomi Syariah Nasional dan Ulama Fikih Kontemporer :
a. Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A. (Doktor Fikih Universitas Islam Madinah Saudi Arabia, Ulama Fikih Kontemporer Nasional)
b. Masyudi Muqorrobin M.sc, Ph.D, Akt. (Ketua Program IESP Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
c. Prof. Dr. Muhamad (Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah Yogyakarta)
d. Fikri Ausyah S.E, M.Sc. (Pengawas Bank Konvensional dan Syariah Bank Indonesia Yogyakarta)
Untuk Siapa Program PAKAR Perbankan Syariah layak dikonsumsi?
a. Praktisi Perbankan Syariah
b. Pegawai Bank Syariah
c. PNS
d. Pengusaha Muslim
e. Akademisi
f. Pelajar dan Mahasiswa
g. Masyarakat Muslim pada Umumnya
Berapa Investasi yang Perlu Anda Berikan untuk Memiliki Program PAKAR Perbankan Syariah?
Untuk memiliki Program PAKAR Perbankan Syariah yang penuh ilmu dan manfaat, Anda cukup membayar senilai Rp 100.000.
Cara memiliki Program PAKAR Perbankan Syariah:
1. SMS : Pemesanan ketik Paket Video Pakar/jumlah/nama lengkap/alamat lengkap/nmr hp (wajib isi) kirim sms ke 081326333328 add Pin:2ABA93E4
email: store@yufid.com
2. Tim admin kami akan mengirimkan balasan sms tentang jumlah uang yang harus ditransfer dan rekening transfernya (toko yufid)
Ayo, SEGERA miliki Program PAKAR Perbankan Syariah , agar Anda menjadi lebih berilmu tentang Perbankan Syariah dan menjadi Pakar bagi orang sekitar Anda.

BALASAN BERBUAT BAIK

BUAH KEBAIKAN

Pada suatu hari ada seorang pemabuk yang mengundang sekelompok sahabatnya. Mereka pun duduk, kemudian si pemabuk memanggil budaknya, lalu ia menyerahkan empat dirham kepada pembantunya dan menyuruhnya agar membeli buah-buahan untuk teman-temannya tersebut. Di tengah-tengah perjalanan, si pembantu melewati seseorang yang zuhud, yaitu Manshur bin Ammar. Beliau berkata, “Barangsiapa memberikan empat dirham kepadanya. Selanjutnya Manshur bin Ammar bertanya, “Doa apa yang Anda inginkan?” Lalu ia menjawab, “Pertama, saya mempunyai majikan yang bengis. Saya ingin dapat terlepas darinya. Kedua, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan empat dirham untukku. Ketiga, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat majikan saya. Keempat, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku, untuk majikanku, untukmu, dan orang-orang yang hadir di sana.” Kemudian Manshur mendoakannya.

Pembantu itu pun berlalu dan kembali kepada majikannya yang gemar menghardiknya. Majikannya bertanya kepadanya, “Mengapa kamu terlambat dan mana buahnya?” Lantas ia menceritakan bahwa ia telah bertemu sang ahli zuhud bernama Manshur dan bagaimana ia telah memberikan empat dirham kepadanya sebagai imbalan empat doa. Maka, amarah sang majikan pun redam. Ia bertanya, “Apa yang engkau mohonkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Ia menjawab, “Saya mohon untuk diriku agar saya dibebaskan dari perbudakan.” Lantas majikannya berkata, “Sungguh, saya telah memerdekakanmu. Kamu sekarang merdeka karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa doamu yang kedua?” Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan empat dirham buatku.” Majikannya berkata, “Bagimu empat dirham. Apa doamu yang ketiga?” Ia menjawab, “Saya memohon agar AllahSubhanahu wa Ta’ala menerima taubatmu.” Lantas si majikan menundukkan kepalanya, menangis, dan menyingkirkan gelas-gelas arak dengan kedua tangannya dan memecahkannya. Lalu ia berkata, “Saya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya tidak akan mengulanginya lagi selamanya. Lalu apa doamu yang keempat?” Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku, untukmu, dan orang-orang yang hadir di sini.” Sang majikan berkata, “Yang ini bukan wewenangku. Ini adalah wewenang Dzat Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Ketika sang majikan tidur pada malam harinya, ia mendengar suara yang mengatakan, “Engkau telah melakukan apa yang menjadi wewenangmu. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan kepadamu, si pelayan, Manshur bin Ammar, dan semua orang-orang yang hadir.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

LARANGAN MEMUTUS SILATURAHIM




Alhamdulillah washshalatu wasslamu 'ala Rasulillah.

وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّه صلى الله عليه و سلم : "لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ" يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Jubair bin Muth‘im Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim.”
(Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini merupakan ancaman bagi orang yang memutuskan silaturahim yaitu tidak masuk surga.

Ini menunjukkan bahwasanya permasalahan adab atau akhlak adalah permasalahan yang penting.

Sebagaimana pada pembahasan yang lalu tentang keutamaan menyambung silaturahim yang diantaranya adalah bisa menyebabkan masuk surga sebagaimana yang Allāh sebutkan dalam surat Ar Ra'd.

Sebaliknya, Allāh juga menjelaskan bahwa memutuskan silaturahim merupakan salah satu sebab masuknya orang ke dalam neraka jahannam.

Allāh Subhanahu wa Ta'ala berfiman:

وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوٓءُ ٱلدَّارِ

"Orang-orang yang merusak janji Allāh setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allāh perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)."
(QS: Ar-Ra'd Ayat: 25)

Ini jelas ancaman, diantara yang menyebabkan mendapat laknat dan masuk neraka jahannam adalah memutuskan tali silaturahim.

Demikan juga Allāh Subhanahu wa Ta'ala berfiman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوٓا۟ أَرْحَامَكُمْ

"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?"
(QS: Muhammad Ayat: 22)

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰٓ أَبْصَٰرَهُمْ

Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allāh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.
(QS: Muhammad Ayat: 23)

Ini ancaman yang keras juga, bahwasannya orang yang memutuskan silaturahim akan dilaknat oleh Allāh dan dibutakan penglihatan mereka dan dibuat telinga mereka menjadi tuli sehingga tidak bermanfaat bagi mereka ayat-ayat Allāh  Subhanahu wa Ta'ala.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh  Subhanahu wa Ta'ala,

Derajat menyambung silaturahim terhadap kerabat ada 3 tingkatan:

Tingkatan yang pertama adalah tingkatan yang paling afdhol, yang paling mulia, yaitu menyambung tali silaturahim terhadap kerabat yang memutuskan silaturahim.

Dalam hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

"Bukanlah penyambung silaturahmi adalah yang hanya menyambung kalau dibaikin, akan tetapi penyambung silaturahmi adalah yang tetap menyambung meskipun silaturahminya diputuskan (oleh kerabatnya)."
(HR Al-Bukhari)

Artinya, penyambung silaturahim yang sesungguhnya yaitu jika diputuskan silatrurami dia tetap menyambungnya.

Dalam Sahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu,  ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku menyambung silaturahim kepada mereka namun mereka mumutuskan silaturahim kepadaku. Aku berbuat baik kepada mereka namun mereka berbuat buruk kepadaku. Aku bersabar dengan mereka sementara mereka berbuat kejahilan kepadaku yaitu dengan mengucapkan kata-kata yang bururk."

Maka kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Kalau engkau benar sebagaimana yang engkau katakan maka seakan-akan engkau memasukkan debu yangpanas dimulut-mulut mereka dan senantiasa ada penolong dari Alllah bersamamu atas mereka selama engkau dalam kondisi demikian."

Yaitu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kalau dalam kondisi demikian, maka sesungguhnya engkau menghinakan mereka, seakan-akan engkau masukkan debu yang  panas ke mulut mereka, karena mereka berusaha berbuat buruk dan engkau terus membalas dengan kebaikkan.

Ini adalah tingkat silaturahim yang tertinggi, karena menyambung silaturahim bukan untuk mendapatkan balasan kebaikkan dari kerabat tetapi karena Allāh Subhanhu wa Ta'ala dan berharap surga.

Tingkatan kedua adalah menyambung silaturahim jika kerabat berbuat baik sedangkan jika kerabat tidak berbuat baik maka dibalas dengan tidak baik juga.

Adapun tingkatan yang ketiga adalah tingkatan yang buruk dan haram yang menyebabkan masuk neraka yaitu memutus silaturahim, tidak menyambung silaturahim, cuek kepada kerabat, tidak menghubungi mereka, tidak berbuat baik kepada mereka bahkan berbuat kasar.

Maka ia telah melakukan perbuatan yang terancam dengan neraka jahannam.

Semoga Allāh menjadikan kita termasuk orang-orang yang menyambung silaturahim dan menjadikan kita orang yang bersabar seandainya ada kerabat yang berbuat buruk kepada kita.

Semoga Allāh Subhanahu wa Ta'ala memasukkan kita semua kedalam surga.

Tim Transkrip Materi BiAS

 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Al-Birru (Kebaikan) Wa Ash-Shilah (Silaturahim)
🔊 Hadits ke-2 | Larangan Memutus Silaturahim

Jumat, 07 Agustus 2015

HUKUM TULANG DAN RAMBUT DARI BANGKA


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله و بعد.


Para shahabat sekalian, kita lanjutkan pada halaqoh yang ke-10 yang masih membahas tentang seputar najis. Dimana sebelumnya telah dibahas tentang kulit bangkai.

Beliau melanjutkan:

قَال رَحِمَهُ اللّهُ:
))وَ عَظْمُ الْمَيْتَةِ وَ شَعْرُهَا نَجَسٌ إِلّاَ اْلآدَمِى((

Dan tulang hewan bangkai serta rambutnya adalah najis kecuali manusia.

Ini adalah pendapat didalam madzhab Syafi'i bahwasanya tulang dari bangkai dan rambutnya hukumnya adalah najis.

Kita akan simpulkan bahwa bangkai secara umum adalah najis berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'ālā:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ

"Diharamkan atas kalian bangkai." (Al-Maidah 3)

Dan disana ada bagian-bagian dari bangkai yang akan kita jelaskan sedikit ;
① Kulit bangkai
Ini kita sudah jelaskan bahwasanya:
• sebelum disamak dia adalah najis
• setelah disamak dia adalah thāhir (suci) kecuali anjing dan babi.

② Daging dan gajih bangkai dia adalah najis berdasarkan kesepakatan para ulama (para imam madzhab).

③ Rambut atau bulu bangkai selain anjing dan babi maka menurut pendapat di dalam madzhab Syafi'i adalah najis, sebagaimana pernyataan di atas.

Dan madzhab jumhur fuqaha dari Hanabilah dan Hanafiyyah serta Malikiyyah, dia adalah thāhir (suci).

Dan ini, Allāhu a'lam, pendapat yang lebih kuat.

Dalilnya adalah:

❶ Firman Allāh Subhānahu wa Ta'ālā:
ْوَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ

"Dan dari bulu domba dan bulu onta dan bulu kambing, itu kalian jadikan sebagai alat-alat rumah tangga (perkakas) dan perhiasan sampai waktu tertentu." (AnNahl 80)

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā menjelaskan tentang karunia dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā kepada manusia bahwasanya bulu-bulu hewan tersebut bisa digunakan sebagai alat-alat rumah tangga ataupun perhiasan.

Dan ayat ini secara umum menjelaskan tentang bolehnya menggunakan bulu-bulu hewan tersebut, apakah dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati.

❷ Kemudian dalil yang ke-2 adalah:

"Bahwasanya segala sesuatu adalah boleh dan suci sampai ada dalil yang menunjukkan tentang kenajisannya dan tidak ada dalil khusus menunjukkan kenajisannya."

❸ Dalil yang ke-3

Yang dimaksud dengan bangkai yang diharamkan adalah bagian-bagian yang memiliki indra perasa atau bisa bergerak sesuai dengan keinginan atau memiliki kehidupan.

Sementara rambut, bulu dan semisalnya dia tidak ada kehidupan di dalamnya atau tidak dapat merasakan maka dia tidaklah najis tetapi suci.

Bagian bangkai yang ke-4 yaitu:

④ Tulang, tanduk dan kuku bangkai. Didalam madzhab Syafi'i dia adalah najis dan ini juga pendapat jumhur fuqaha dari Malikiyyah dan juga dari kalangan Hanabilah.

⑤ Kemudian bagian yang ke-5 yaitu bagian tubuh yang tersendiri yang dialiri oleh darah, seperti telinga, hidung, tangan, maka dia adalah najis berdasarkan ijma' para ulama.

⑥ Darah dan nanah dan semisalnya maka itu semua adalah najis dan masuk dalam makna najis itu sendiri.

Adapun penjelasan lebih rinci tentang darah maka akan dibahas pada tempatnya in syaa' Allāh Ta'ālā.

Kemudian beliau melanjutkan:
))إِلّاَ اْلآدَمِى((

"Kecuali anak Adam/manusia."

Disini beliau ingin mengecualikan bangkai yang dikategorikan suci.
Karena pada asalnya bangkai adalah najis, dikecualikan:

⑴ maytatul ādamī (ميتة الآدمى), bangkai manusia.

Dia adalah suci baik dikalangan muslim ataupun orang-orang kafir, sebagaimana keumuman firman Allāh Subhānahu wa Ta'ālā:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

"Dan sungguh telah Kami muliakan anak Adam." (Al-Isra 70)

Disini konsekuensinya adalah anak Adam (manusia) suci baik hidup ataupun matinya.

⑵ bangkai hewan laut (maytatul bahr, ميتة البحر).

Sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala Beliau ditanya tentang air laut. Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

هو الطهور ماؤه ، الحل ميتته

"Air laut itu suci (dan mensucikan) airnya serta halal bangkai hewannya."

⑶ maytatus samak wal jarād (مَيْتَةُ السَّمَكِ وَالْجَرَادِ), bangkai ikan ataupun bangkai belalang

Ikan disini adalah ikan air tawar, adapun yang laut sudah kita jelaskan pada point sebelumnya.

Sebagaimana hadits Ibnu 'Umar, beliau berkata:

أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ: َالْجَرَادُ وَ السَّمَكُ، وَالْكَبِدُ ، وَالطِّحَالُ

"Dihalalkan bagi kami 2 macam bangkai dan 2 macam darah yaitu belalang dan ikan, hati dan limpa."

⑷ mā lā nafsa lahu sāilah (ما لا نفس له سائلة), hewan yang tidak memiliki aliran darah, seperti lalat, semut, lebah dan semisalnya.

Dalilnya adalah sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إذا وقع الذباب في إناء أحدكم فليغمسه فإن في أحد جناحيه داء وفي الآخر شفاء.

"Apabila seekor lalat jatuh pada minuman kalian maka celupkanlah kemudian buanglah karena pada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap yang lainnya ada obatnya (penawarnya)."

Ini menunjukkan bahwasanya hewan yang tidak memiliki aliran darah maka dia adalah suci bangkainya.

Demikian yang bisa kita sampaikan. Kita lanjutkan pada halaqoh selanjutnya.

وصلى الله على نبينا محمد و علي آله و صحبه و سلم.
و آخر دعونا عن الحمد للّه رب العلمين.

Ditranskrip oleh:
Tim Transkrip BiAS
🌍BimbinganIslam.com
Jum'at, 22 Syawal 1436 / 7 Agustus 2015
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abu Syuja' | Kitab Thahārah
🔊 Kajian 10 | Hukum Tulang & Rambut dari Bangkai

Sumber Bahagia Dunia Akhirat

Setiap Orang ingin Hidup Bahagia .....

Setiap manusia mendambakan kehidupannya penuh dengan kedamaian  dan ketenangan dalam menjalani semua urusannya dalam kehidupan di dunia ...

Tetapi...

Tahukah kita bahwa sebenarnya kebaahagiaan kita itu dekat?

Hanya kita yang kurang memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al Quran : " (yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".(Ar-Ra'd Ayat :28)

Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah,  menyebut namaNya, mempelajari petunjukNya dan mengamalkannya maka hati manusia akan menjadi tenang dan jiwanya damai.

"barangsiapa yang melakukan amalanshalih dari kalangan laki-laki dan perempuan dalam keadaan dia beriman, maka sungguh Kami akan berikan untuknya KEHIDUPAN yang INDAH yang PENUH  dengan KEBAHAGIAAN di dunia dan akhirat dan kami akan memberikn balasan yang lebih baik baginya daripada apa yang dikerjakanya di dunia". (An-Nahl 97) 

Subhanallah....

AL QURAN ADALAH SUMBER KEBAHGIAN KITA

Ta'at kepada Allah, belajar petunjukNya dan mengamalkannya merupakan sumber kebahagiaan yang sangat dekat dalam kehidupan kita.

Tapi sayang....

Kita kuarang memanfaatkannya.

Coba camkan perkataan Imam Ahli sunnah yang terkenal berikut ini ...

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah Ta'ala berkata: "Sesungguhnya didunia ini ada surga, barangsiapa yang belum masuk kedalam surga didunia maka  dia tidak akan masuk surga di akhirat nanti".

Apakah arti surga dunia tersebut?

Surga dunia yang Beliau maksudkan adalah KENIKMATAN, KEBAHAGIAAN HIDUP, KETENAGAN JIWA & KEDAMAIAN HATI   ketika seseorang belajar petunjuk Allah, memahaminya dan mengamalkannya ke dalam kehidupannya.

Inilah yang disebut kenikmatan surga yang Beliau ungkapkan dengan istilah SURGA DUNIA.

Yang barang siapa belum merasakannya di dunia, maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti.

Berarti, kenikmatan yang akan didapatkan oleh manusia di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala disurgaNya nanti, tergantung dari kenikmatan yang dia rasakan sewaktu di dunia, yaitu ketika dia belajar petunjuk Allah, belajar tentang keimanan, tauhid dan keyakinan kepada Allah kemudian mengamalkannya dalam kehidupannya.

Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala mudahkan segala kebaikan untuk diri kita dan untuk seluruh kaum muslimin dengan taufq dan karunianya.

(Ustd Abdullah Taslim,LC,MA)

Cinta Kepada Allah

Mencintai Allah adalah Ibadah yang paling Agung.
Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan seorang muslim merendahkan dirinya di hadapan Allah, mengagungkan Allah, yang akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah.

Inilah cinta yang merupakan ibadah. Barang siapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allah maka dia telah berbuat syirik besar.
Allah SWT berfirman :" Dan diantara orang orang yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu sekutu Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang orang yang berimanmaka cinta mereka kepada Allah jauh lebih besar" (QS: Al Baqarah :165)

Adapun cinta yang merupakan tabi'at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan dan lain lain, maka diperbolehkan selam tidak melebihi cinta kita kepada Allah.
Apabila seseorang mencintai perkara pperkara tersebut melibihi cintanya kepada Allah maka dia telah melakukan dosa BESAR.

Allah berfirman : Katakanlah:" jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri,kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri keruiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, ituu semua adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan -Nya, maka tunggulah sampai Allah Subhanahu wa Ta'ala mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik". (QS:At Taubah:24)

Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia cintai. dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa cintanya hanya sebatas ucapan.

Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allah adalah dengan:
  1. Mentadabburi ayat-ayat Al Quran
  2. Memikirkan tanda-tanda kekuasaanAllah di alam semesta
  3. Mengingat-ingat berbagai keikmatan yang allah berikan.
(ustd Abdullah Roy)

#cinta #cintaAllah 



Kamis, 06 Agustus 2015

Jeleknya Sifat pelit

Allah SWT berfirman dan mencela orang orang yang pelit bersedekah sesuai dengan perintah Allah, seperti kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak yatim, kaum papa, tetangga yang tergolong keluarga dekat, tetangga jauh, temen perjalanan, musafir, dan budak budak yang dia miliki. Selain tidak menunaikan hak Allah, mereka juga mendorong orang lain melakukan hal yang sama. Padahal, Rasulullah SAW sudah bersabda sebagai berikut " Penyakit apa lagi yang lebih berbahaya dari pada bakhil?".
Rasulullah juga bersabda sebagai berikut:
"Jauhilah sifat pelit karena ia telah menghancurkan kaum lain sebelum kalian, Pelit mendorong mereka tidak mau memberi dan mereka ikuti.Pelit juga mendorong mereka berbuat keji dan itu pula yang mereka lakukan." (HR. Abu Dawud)
Contoh perbuatan pelit dimasa Nabi, Hadits no.0932 (Bulughul Maram) Aisyah R.a berkata bahwa hindun binti Utbah Istri Abu Sufyan masuk menemui Rasulullah SAW dan berkata,  Wahai Rasulullah,Abu Sufyan adalah orang yang pelit. Dia tidak memberiku nafkah yang cukup untukku dan anak- anakku kecuali aku mengambildari hartanya tanpa sepengetahuannya. apakah yang demikian itu aku berdosa?" Beliau bersabda, "Ambillah dari hartanya yang cukup untukmu dan anak-anakmu dengan baik."(muttafaq'alaih)
Jaman sekarang kebalikannya, uang gajian sebulan semuanya disetorkan ke istri, dan suami dijatah tiap hari untuk beli bensin dan uang jajan sebagai bekal untuk bekerja.
Hadits no 1246 Diriwayatkan Oleh Abu Bakar Ash Shiddiq r.a bahwa Rasullullah SAW bersabda "Tidak akan masuk surga orang yang suka menipu, Orang KIKIR dan orang tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dimilikinya." (HR Tirmidzi)

#pelit #suamiPelit #IstriPelit

Rabu, 05 Agustus 2015

Siapakah Orang Pertama Kali Kena Api Neraka?

Ternyata Orang Pertama Kali yang terkena api Neraka bukanlah Perampok, Koruptor, Begal, Maling dan temen temennya, 
Mereka Adalah Orang yang :
  1. Mengajarkan Al Qur'an supaya dikatakan sebagai Qori, seorang yang suka membaca, seorang yang mahir membaca.
  2. Dan juga orang yang berinfak supaya dikatakan Dermawan.
  3. Dan berjihad supaya dikatakan seorang pemberani.

#riya #bahayaRiya #bitacom


Sabar Ada Batasnya

Tahukah Kamu kalau sabar itu batasnya adalah kematian, jadi selama kita masih hidup harus terus bersabar, kalau tidak mau sabar berarti sudah mati... he he he 

Di dalam Al Qur'an sudah diceritakan sabarnya Nabi Ayub, Nabi Yusuf, Nabi Muhammad dan lain sebagainya. Nabi Ayub di uji Allah, Asalnya Orang kaya dengan beberapa anak dan Istri di uji menjadi orang miskin, serta sakit yang tidak sembuh sembuh serta diasingkan oleh penduduk dan di tinggalkan anak Istrinya, hanya tinggal satu istri yang masih setia menemani, Nabi ayub pun masih malu untuk berdo'a agar segera diangkat cobaan tersebut, karena kenikmatan yang pernah dirasakan diwaktu kaya sudah lama.
Nabi Yusuf di uji Oleh Allah dengan ketampanan, terbukti semua wanita yang di undang untuk melihat nabi Yusuf  sambil mengupas buah dan tergores tangan oleh pisau, Nabi Yusuf tidak tergoda oleh rayuan Ratu untuk berbuat Zina.
Nabi Muhammad SAW diuji disaat berdakwah ke suatu kaum di lempari batu, dan tetap mendo'akan kebaikan untuk kaum tersebut bukan memita Allah untuk menurunkan Adzab atau siksaan

Tapi kitakan manusia....beda dengan Nabi, Justru kita manusia itu di suruh untuk beriman dan taqwa mengikuti contoh Nabi, bukan untuk ngeles dengan alasan kita lemah... marilah kita berusaha terbaik untuk menjalani Hidup di dunia dan berharap dapat Surga Nya nanti. Aamiin


RENUNGAN buat wanita dan gadis


RENUNGAN buat wanita dan gadis !!!

Ma'af Kalau Tersinggung, cuma mengingatkan.
TAK TAU MALU
Itulah fenomena tanda tanda akhir zaman yang makin nyata sekarang ini
Tak ada rasa malu,
tak ada rasa berdosa.
Semuanya berjalan nampak biasa saja.
Mengaku Islam agamanya.
Mengaku Allah adalah tuhannya.
Mengaku Al-Qur'an pedoman hidupnya.
Mengaku Muhammad adalah nabinya.
Tapi sayang pengakuan imannya hanya berhenti di lisan semata.
Tak sampai pada dinding hatinya terlebih ruang hati terdalam.
Tak nampak dari perbuatannya yang ada justru prilaku seperti tak ber-Tuhan.
Miris melihat insan bernama wanita.
Berjalan berlenggok dengan aurat terbuka.
Cengar - cengir mempertontonkan tubuh mengundang syahwat durjana.
Mengadu tubuh seksi antara satu dan lainnya.
Semakin kecil pakaian semakin seksi katanya
semakin sempit semakin aduhai katanya
semakin ketat semakin sempurna katanya
Bangga sama tubuhnya
tapi dikufuri dengan mengumbarnya kemana-mana.
Dinasehati malah nyinyir "jangan sok suci".
Pakaian tak masalah katanya yang penting hati..
Katanya mau ke Syurga tapi merasa benar sendiri..
padahal, di syurga tak ada wanita seperti ini.
Boro-boro ke syurga, mencium wanginya saja tak bisa dinikmati.
Ada juga wanita dengan kerudung modis
Kerudung berjambul kayak punuk onta. Sadis!
Berkerudung Sesuai syariat katanya, bikin miris
Jilbab panjang dikatakan kuno gak necis.
Begini, Jilbab sesuai tuntunan jaman. Tragis!
Beribadah itu butuh ilmu
Gak asal pake dengan tafsir sendiri
Dikasih tau sama yang faham, belagu
Tetap pilih punuk onta katanya biar percaya diri
Begitulah fenomena jaman sekarang
Iman tergerus dengan barang dagangan
Yang penting keren ikut ke barat-baratan
Udah lupa ama perintah Tuhan.
Maksiat terbentang jadi biasa
Yang nentang malah dibilang Islam-Islaman
Dituduh Islam Aliran Begitulah,
Yang salah dibenarkan
Yang benar disalahkan
Namun tak sedikit yang tetap bertahan
Pada ajaran yang tertuang dalam Al-qur'an
Berpakaian iman, berjilbab panjang
Meski kadang datang cibiran
"ih, itu Islam apaan??"
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat :
[1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan
[2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Astagfirullah....
Ya Allah,
Ampunilah semua dosa-dosa kami, baik sengaja atau pun tidak, berkahilah kami, ramahtilah kami, berikanlah kami hidayah-Mu agar kami senantiasa dekat kepada-Mu hingga akhir hayat. Aamiin Aamiin ya Rabbal'alamin